“Mengapa Anda berkata demikian?” timpal si pelanggan, bingung dan kaget.
“Begini, coba Anda perhatikan di depan sana, di jalanan. Adakah
yang sakit? Adakah anak terlantar? Jika Tuhan ada, tidak akan ada sakit
ataupun kesusahan. Saya tidak dapat membayangkan Tuhan yang Maha
Penyayang akan membiarkan semua itu terjadi.”
Si
pelanggan diam untuk berpikir sejenak, tapi tidak merespon apa-apa
karena tak ingin memulai adu pendapat. Setelah Si tukang cukur
menyelesaikan pekerjaannya, pelanggan itu pun pergi.
Beberapa
saat setelah ia meninggalkan ruangan itu, ia melihat orang di jalan
dengan rambut yang panjang, berombak kasar, gimbal, kotor dan brewok
yang tidak dicukur. Orang itu terlihat kotor dan tidak terawat.
Si pelanggan memutar langkahnya, berbalik ke tempat tukang cukur dan berkata, “Kamu tahu, sebenarnya tidak ada tukang cukur.”
Wah, tukang cukur tidak terima, “Mengapa Anda bisa berkata seperti itu? Saya disini dan saya tukang cukur. Dan barusan saya mencukur Anda.”
“Tidak!” Elak si pelanggan. “Tukang
cukur itu tidak ada, sebab jika ada, tidak akan ada orang dengan rambut
panjang yang kotor dan brewokan seperti orang yang saya lihat diluar
sana,” si pelanggan itu menambahkan.
“Ah, tidak! Tukang cukur itu ada. Apa yang Anda lihat itu salah mereka sendiri, mengapa mereka tidak datang ke saya?” jawab tukang cukur membela diri.
“Nah!” kata si pelanggan menyetujui.
“Itulah
point utamanya. Sama dengan Tuhan, Tuhan itu juga ada. Tapi apa yang
terjadi? Orang-orang tidak mau datang kepada-Nya, dan tidak mau
mencari-Nya. Oleh karena itu banyak yang sakit dan tertimpa kesusahan di
dunia ini.”
Tukang cukur pun terbengong.
0 komentar:
Post a Comment