Ambisi Persegres Kembalikan Kejayaan Masa Lalu

Satu dasawarsa silam, Gresik pernah menjadi salah satu kota bergengsi dalam urusan sepakbola di Indonesia. Diwakili keberadaan Petrokimia Putra atau klub yang dikelola Petrokimia Gresik, kota ini pernah mencicipi masa-masa keemasan di persepakbolaan nasional.
Puncaknya adalah tepat 10 tahun lalu, ketika Petrokimia Putra secara mengejutkan menjadi jawara Liga Indonesia (Ligina) 2002 setelah mengalahkan Persita Tangerang. Sebelumnya, Petrokimia Putra juga menjadi kekuatan serius, baik ketika kompetisi Indonesia menyajikan Galatama dan Perserikatan.

Sebelum keberadaan Petrokimia Putra, Gresik juga dikenal sebagai salah satu barometer sepakbola berkat sepak terjang Persegres Gresik. Sayang keduanya tenggelam dalam hiruk pikuk sepakbola Indonesia yang ironisnya itu terjadi hanya semusim Petrokimia Putra menyabet gelar juara Ligina.

Terlalu lama mendengkur, sepakbola Gresik kini mulai menggeliat dengan keberadaan Persegres Gresik yang bertarung di Indonesian Super League (ISL). Sebenarnya ada dua klub yang mewakili Kota Pudak, satunya adalah Gresik United yang bertarung di Divisi Utama PSSI atau kasta di bawah Indonesian Premier League (IPL).

Namun gemerlap Persegres Gresik jauh lebih terang dibanding Gresik United. Paling tidak dalam semusim terakhir Persegres telah membuktikan mereka mampu eksis di level tertinggi sepakbola nasional, yakni ISL. Musim depan, ambisi lebih besar digelorakan tim berjuluk Laskar Joko Samudro.

Dikabarkan memiliki cadangan dana mencapai Rp20 miliar, Persegres yang ditangani Suharno mulai mendatangkan pemain bergengsi. Setelah mendapatkan tanda tangan bek Park Chul Hyung, Persegres mendatangkan striker Persiba Balikpapan Aldo Baretto dengan banderol kontrak Rp1 miliar.

“Kami sudah berkomitmen untuk lebih serius musim depan. Gresik, dalam hal ini Persegres, mempunyai potensi untuk kembali menjadi klub bergengsi. Kami ingin mengembalikan kejayaan Gresik sebagai salah satu kota sepakbola bergengsi di tanah air,” cetus Manajer Persegres Thoriq Majiddanor.

Potensi Persegres menurutnya juga didukung gairah publik Gresik yang di kenal dengan sebutan Ultras Mania yang ternyata masih sangat mencintai sepakbola. Musim lalu, walau Persegres terseok-seok di papan bawah ISL, Ultrs Mania relatif stabil mendatangi Stadion Tri Dharma yang menjadi stadion bersejarah bagi sepakbola Gresik.


Thoriq mengklaim animo masyarakat Gresik sebenarnya tidak kalah dibanding kota lain seperti Malang atau Surabaya. Itu menurutnya wajar karena dalam sejarahnya Gresik pernah mempunyai tim besar dan membanggakan. “Tentunya masyarakat Gresik juga ingin seperti dulu lagi,” tambahnya.

Pelatih Suharno pun menyadari ambisi yang diusung Persegres sangat besar dan itu ternyata menjadi salah satu alasannya berlabuh di Gresik. Suharno bahkan menolak perpanjangan kontraknya bersama Arema FC versi Indonesian Super League (ISL) walau telah berjasa menyelamatkan Arema dari dekapan degradasi.

“Siapa pun tahu Gresik adalah kota sepakbola yang pernah jaya di masa lalu. Manajemen mempunyai semangat untuk mengembalikan predikat itu dan saya sangat senang. Paling tidak Persegres telah membuktikan mereka ingin lebih berkembang lagi ke depannya,” tutur Suharno.

Ambisi itu dianggap tidak membebani dirinya sebagai entrenador lokal yang di sepakbola masa kini dianggap kalah dengan pelatih asing. “Saya sih percaya diri saja. Manajamen telah memberikan kepercayaan dan saya akan berusaha membayarnya. Saya berharap bisa menjadi bagian dari kebangkitan sepakbola Gresik,” kata Suharno bersemangat.
Viva Persegres ...

0 komentar:

Post a Comment