Kesendirian bagiku adalah hilangnya harapan
Karena meskipun surga memberimu seribu kenikmatan
Tanpa seorang teman apalah arti semuanya yang ada bukanlah kebahagiaan tapi kesepian
Surga
digambarkan dengan penuh kemewahan, apa yang kamu inginkan disini semua
tersedia. Tinggal yang mana yang kau pilih, yang kau suka, ambil saja.
Keindahan alampun terlukis dengan keajaiban, pelangi yang melingkar dari
balik gunung turun ke sungai membawa aneka macam buah – buahan. Burung –
burung dan peri – peri kecil beterbangan mengitari taman surga. Aku
duduk di bangku taman yang terbuat dari emas sambil tersenyum – senyum
melihat tingkah lucu mereka.
Aku
adalah makhluk ciptaan Tuhan yang disebut manusia. Aku memepunyai akal,
nafsu dan perasaan. Itulah yang menjadikan manusia adalah makhluk yang
sempurna. Hawa, begitulah penghuni surga memanggilku.
Wajahku bening sebening mutiara, cerah seperti bulan purnama, dan teduh
seperti awan mega. Melalui malaikatlah Tuhan mengajariku segalanya.
Tentang kehidupan, kebahagiaan, masa depan, surga, pahala, dan masih
banyak lagi. Hanya saja malaikat tak mau mengajariku tentang cinta.
Tuhan menyuruhku mencari pengertian cinta itu sendiri. Tapi aku bingung,
aku masih belum mendapatkan jawaban apa – apa.
Sebelumnya
aku mempunyai pasangan di surga ini. Dia juga manusia yang mempunyai
wajah sangat indah, tampan dan gagah. Kata Malaikat dia sejenis denganku sama-sama manusia bedanya dia manusia laki – laki sedangkan aku wanita. Malaikat bilang Tuhan menciptakanku dari tulang rusuknya. Itulah
sebabnya aku ingin selalu berada di sampingnya. Aku ingin
mendampinginya selamanya. Namun takdir berkata lain. Tuhan mengirim
kekasihku ke belahan dunia yang tak seorangpun dapat menembusnya. Aku
begitu merindukannya, aku ingin menyentuh wajah beningnya. Rasa tidak
ingin berpisah terus menyesakkan rongga dadaku. Aku ingin dia di sini
menemani kesendirianku.
Suatu pagi yang selalu cerah, kuberanikan diri menemui malaikat yang sedang menyulam bulu – bulu sayapnya dengan jarum emas.
“Malaikat? Dimanakah Adam?”
“Adam sedang mengerjakan tugasnya,” jawab malaikat.
“Kapan dia kembali?”
“Sabarlah Hawa, Tuhan akan selalu melindunginya.”
Perasaanku aneh, mungkin ini yang dinamakan kerinduan. Hari -
hari kulalui tanpa Adam disisiku. Aku masih ingat ketika kami berdua
melihat air terjun yang jatuh dari balik pegunungan. Dengan tangan
lembutnya Adam menyentuh air deras itu. Ajaib. Air terjun berubah
menjadi butiran salju yang kemudian terbang tertiup angin. Aku dan Adam
sangat bahagia saat itu. Tapi kini semua tinggal kenangan. Adam berada
jauh disana. Kata malaikat, waktu dimana Adam tinggal berjalan begitu
cepat. Kuharap Adam akan segera kembali.
Tetesan
bening jatuh dari mataku. Aku menangis. Kerinduanku pada Adam begitu
melonjak. Kuajak Tuhan mendengarkan keluh kesahku bahwa aku sudah tak
tahan sendirian di surga ini tanpa kehadiran sang kekasih. Tuhan
tersenyum dan menyuruh malaikat mengajakku ke dunia tempat Adam berada.
Betapa senang hati ini ketika kesempatan akan memepertemukanku dengan
sang belahan jiwa.
Sampai
di suatu tempat yang bernama bumi, aku bahagia dapat menemukan kekasih
hati. Tapi sayang, wajah Adam tidak cerah seperti dulu. Banyak kerutan
diwajah tampannya, rambutnya memutih, jenggotnya memanjang, tubuhnya
rirngkih tak terawat. Berbeda sekali dengan Adam yang kukenal di surga.
Walau begitu, aku tetap menginginkannya.
“Adam, ayo pulang,” ajakku
“Tidak Hawa. Aku harus menyelesaikan tugas dari Tuhan untuk membuktikan kecintaanku padaNYA dan kecintaanku padamu,” kata Adam.
“Cinta?”aku
terkesiap. Cinta? Aku ingat kata itu. Bukankah Tuhan menyuruhku mencari
definisi cinta? Apa mungkin perasaan yang sedang kualami ini disebut
cinta?
“Apa Tuhan akan memisahkan kita?”tanyaku bersedih.
“Tidak. Kecuali kalau aku mengerjakan tugas di bumi ini sampai selesai.”
“Kalau begitu aku akan membantumu.”
“Jangan, biarlah aku saja yang bekerja. Kau tunggulah aku di surga. Aku akan segera pulang,” katanya meyakinkanku.
Aku
menurut saja. Aku tahu Tuhan pasti akan memberikan yang terbaik untuk
kami. Waktu terus berlalu. Setiap malam aku selalu memimpikan Adam. Dia
datang dan berbisik pelan di telingaku tentang cinta. Tangan
– tangan lembutnya meraih pinggangku dan mengajakku berdansa di bawah
temaram bulan purnama. Tapi itu semua hanya mimpi. Karena sampai saat
ini aku masih menunggunya kembali.
***
Adam
datang dengan sebuket bunga edelweiss. Kali ini yang kulihat bukanlah
Adam yang kukenal. Badannya bungkuk, giginya banyak yang tanggal,
rambutnya putih dan rontok. Tapi aku masih bisa melihat cahaya cinta dan
kerinduan dari mata beningya. Meski kini dia jauh berbeda, jauh lebih
tua namun bagiku dia adalah sosok makhluk yang selama ini kutunggu.
Adam.
Surga firdaus penuh dengan beribu cinta
Di saat musim hujan turun tadahlah butiran kasih yang jatuh bertebaran dari langit
Kau akan mendapatkan apa yang kau inginkan tanpa harus berucap
Keinginan itu akan terwujud dalam sekejap
Sejenak aku memjamkan mata, berbisik pada Tuhan.
‘Tuhan aku sekarang tau apa
itu cinta, Aku mencintai Adam apa adanya, Adam yang dulu ataupun
sekarang. Karena aku masih merasakan Adam membawa seribu cinta untukku’
Saat
aku membuka mata, sesuatu yang ajaib terjadi, Adam berubah kembali
seperti semula. Badannya kini segar dan tegap, rambutnya hitam dan
tebal. Badannya wangi seharum kasturi. Tangannya yang lembut membelai
rambutku. Wajahnya yang indah memancarkan cahaya kedamaian. Adamku telah
kembali. Kini aku tidak sendirian lagi, karena seperti bunga edelweiss
yang dia bawa. Cinta kami akan abadi di surga ini.
-The end-
Uut Tamamia
@princesstamamia
Morganous| Could| FKM UNAIR Surabaya| CSS MoRA| FortTeens| Suku Galauers| Writing Revolution| D8's Girls| Madura Lover| etc.
0 komentar:
Post a Comment