Padi sebelumnya hanyalah salah satu band kampus yang ada Universitas
Airlangga (Unair) Surabaya. Beranggotakan Andi Fadly Arifuddin (Fadly,
Vokalis), Satriyo Yudhi Wahono (Piyu, Gitar), Ari Tri Sosianto (Ari,
Gitar), Rindra Risyanto Noor (Rindra, Bass), dan Surendro Prasetyo
(Yoyok, Drum).
Sebelum bernama PADI, band ini dulu bernama SODA.
Mereka tampil pertama kali di sebuah acara kampus di Fakultas Hukum
Unair Oktober 1996. Barulah pada tanggal 8 April 1997 mereka mengganti
nama band-nya dengan nama PADI. Nama ini dilontarkan pertama kali oleh
Yoyok, sang drummer. Selain karena filosofinya semakin berisi semakin
merunduk, ibarat makanan pokok mereka menginginkan band ini bisa
dinikmati oleh semua orang. Mulai dari tukang becak, anak kecil, hingga
para eskesuktif berdasi. Meski nama PADI sering dianggap "kampungan",
karena dianggap makanan orang susah. Tapi PADI punya makna sangat
membumi, di mata mereka PADI juga merupakan lambang kesejahteraan.
Latar
belakang personil sangat beragam, mereka tidak begitu saja bertemu dan
langsung membentuk sebuah band. Pertama kali Piyu dan Ari yang sepakat
untuk membikin sebuah band. Untuk bassis, Ari mengajak temannya Rindra
karena dulu pernah tergabung dalam satu band yang bernama WARNA. Baru
setelah itu ditemukan sang vokalis-Fadly dan drummer-Yoyok. Fadly, yang
pertama kagum akan permainan gitar Ari ketika manggung dalam salah satu
pementasan di kampusnya, pada awalnya menawarkan Fadly diri kepada Ari
untuk bergabung di band-nya jika memerlukan seorang bassis (sejak SMA,
Fadly adalah seorang bassis).
Untuk skill personil, sudah jangan
diragukan lagi. Piyu, yang sebelumnya bermain di band yang memainkan
lagu-lagu beraliran keras bersama Crystal Band, dulu pernah menjadi
teknisi gitar di sebuah band ternama di Indonesia. Rajin ngulik gitar
dari SMA, dan kepiawaiannya dalam menciptakan lirik tidak banyak
diragukan lagi. Banyak lagu-lagu hits-nya PADI di kemudian hari yang
terlahir. Begitupun dengan Rindra, pernah dalam satu tahun menyabet
gelar bassis terbaik di tahun 1992. Lain lagi dengan Yoyok, siapa sih
yang tidak kenal jebolan Andromeda band yang pernah meraih gelar drummer
terbaik se-Indonesia pada tahun 1998.
Sebelum terbentuk menjadi
band solid seperti sekarang ini, mereka adalah band yang merangkak dari
bawah, jatuh bangun dan pernah merasakan beberapa kali ditolak oleh
perusahaan-perusahaan rekaman besar. Penolakan itu tidak membuat mereka
putus asa, malah memicu untuk sering membuat demo dan mengantarkannya
sendiri dari Jakarta ke Surabaya. Pernah merasakan tidur di sambungan
kereta api karena kehabisan tiket, dan juga pernah merasakan makan nasi
basi karena sewaktu beli nasi bungkus di kereta ternyata dapatnya yang
sudah basi, tapi karena sudah kelaparan akhirnya di makan bagian nasi
yang belum basi.
Pernah dalam suatu kesempatan Piyu berkomentar
"pemain band itu harus hidup penuh penderitaan dulu sebelum terkenal.
Hidup menderita itu bisa melatih kita untuk punya jiwa survive dan
akhirnya bisa eksis di dunia kita sendiri."
Dewi fortuna mulai
berpihak kepada mereka, ketika pada suatu kesempatan manggung di sebuah
pub di Surabaya yaitu Colors, dengan disaksikan perwakilan dari label
rekaman Sony Music Indonesia. Keesokan harinya, mereka ditawarkan untuk
rekaman album kompilasi Indie Ten, ajang kemampuan untuk para band baru.
Sebelumnya, Padi telah memasukan demo album terlebih dahulu. Dan
kebetulan pihak Sony sedang ke Surabaya untuk urusan promo sebuah album,
Padi sekalian di audisi.
Mereka bermain band dari kampus ke
kampus. Meskipun grup baru, mereka tergolong matang dan selalu tegas
dalam setiap konsep yang mereka buat. Sejak awal mereka memantapkan diri
di jalur pop rock. Mungkin karena itu pula Sony Music tertarik untuk
mengelola Padi. Padahal, sebelumnya Aquarius dan RIS Music menolak
mereka.
Namun mereka sempat menolak Sobat untuk jadi lagu
andalan di album pertama mereka. Soalnya, mereka telah menyiapkan Demi
Cinta sebagai lagu jagoan. Karena itulah lagu Sobat, yang menurut Sony
menarik, dimasukkan di album Indie Ten. ''Mungkin itu sudah jalan kita,
harus ikut album kompilasi dulu,'' ujar Yoyo. Tidak menyia-nyiakan
peluang yang ada di depan mata, mereka ambil kesempatan itu dengan lagu
"Sobat" nya.
Setelah itu, jalan menuju sukses mulai terbuka
lebar. Untuk langkah awal mereka di kontrak Sony untuk 4 album. Album
pertama, LAIN DUNIA, rilis setahun kemudian yaitu tepatnya pada tanggal 6
Agustus 1999. Penjualan album ini, meski perlahan tapi pasti. Banyak
orang mengenal PADI setelah lagu-lagunya menjadi hits seperti Begitu
Indah, Demi Cinta, Seperti Kekasihku, dan Mahadewi. Mahadewi menjadi
booming ketika lagu ini dibuat vidklip-nya, hingga merajai chart-chart
musik di televisi maupun radio-radio di tanah air.
Album kedua,
Sesuatu Yang Tertunda, rilis pada tanggal 2 Juli 2001. Saat awal
peluncuran, sudah terjual 450.000 copy. Yang pasti diingat dari album
ini sudah tentu adalah hits yang menjadi legenda sepanjang masa "Kasih
Tak Sampai". Banyak orang bilang ini akan menjadi everlasting song-nya
PADI, yang akan tetap dikenang sampai kapanpun.
Album ketiga
Save My Soul, rilis pada tanggal 18 juni 2004 namun baru di launching
pada tanggal 24 Juni 2004. Launching-nya pun sempat dibikin heboh, PADI
main di atas atap restoran cepat saji di salah satu kawasan di
Sarinah-Thamrin, disiarkan langsung oleh salah satu televisi swasta di
Indonesia. Album yang penuh kejutan, karena banyak orang bilang
lagu-lagu di album ini rumit dan tidak berselera pasaran. Namun ini
justru menandakan kejujuran PADI dalam bermusik. Di album ini, PADI
mewujudkan impiannya untuk berkolaborasi dengan musisi idola mereka
yaitu Iwan Fals, dalam lagu yang berjudul "Sesuatu Yang Tertunda". Dalam
seminggu, album ini terjual sekitar 500.000 copy.
Album ke
empat, self titled-PADI, rilis 9 Mei 2005. Album ini disebut-sebut
sebagai album kelahiran PADI kembali. Semangatnya, kerjasamanya, konon
dibuat seperti ketika PADI bikin album pertama kali. Di album ini, PADI
banyak berkolaborasi dengan musisi senior seperti Bubby Chen (Pianis
Jazz), Abadi Soesman (Pemain Keyborad), dan Idris Sardi (Pemain Biola).
Ada sebuah lagu yang dijadikan Original Soundtrack sebuah film
Indonesia-Ungu Violet, yaitu lagu berjudul "Menanti Sebuah Jawaban".
Selain
keempat album regular diatas, PADI juga pernah bikin album-album
kompilasi seperti Official Songs World Cup (lagu Work of Heaven, 2002),
Album rohani Family Songs Hadad Alwi (Doaku, 2003), Tribute to Ian
Antono (Saksi Gitar Tua, 2004), dan album sosial untuk korban Tsunami di
Aceh "Kita Untuk Mereka" (lagu 26 Desember, 2005).
Discography
Lain Dunia (1999)
Sesuatu Yang Tertunda (2001)
Save My Soul (2003)
Padi (2005)
Tak Hanya Diam (2007)