Tidak perlu membayar mahal untuk berwisata ke bulan. Yang perlu anda lakukan adalah jatuh cinta, dan sensasi menembusi langit ketujuh menjadi milikmu.
Saya tidak sedang mencoba menempatkan cinta sederajat dengan logika. Ketika cinta bisa dilogikakan, itu sama dengan mematikan sisi romantisnya dan menjadikan hubungan percintaan tak lebih dari hitung hitungan dagang yang berkiblat pada kalkulasi untung-rugi.
One word frees us of all the weight and pain of life: that word is Love. Begitu menurut Sophocles, penulis sekaligus pemain drama yang sangat terkenal dari Yunani. Seorang seniman dalam bidang pementasan dan penulisan naskah drama yang justru lebih banyak berisi kisah tragedi kehidupan dan cinta. Karyanya yang terkenal diantara sekian banyak adalah serial Oedipus dan Antigone.
Barangkali sepanjang hidupnya Sophocles terobsesi memaknai cinta, dan pada akhirnya berkesimpulan bahwa cinta dan tragedi hanyalah suatu persepsi; semua kembali kepada masing masing individu, bagaimana memaknainya.
Pengalaman menjadi tempat curhatan dan banyak dimintai pendapat soal cinta (termasuk menyaksikan secara langsung para korban cinta yang babak belur ), akhirnya menggerakan saya untuk banyak menulis soal asmara dan romantika kehidupan. Tanpa perlu mendefiniskan cinta, karena hakekatnya memang cinta tidak terlukiskan dengan kata kata, dan semburat warnanya selalu bervariasi diantara keceriaan warna pelangi, sampai kepekatan malam tak berbintang.
Karena cinta manusia bisa menggali sisi genius yang tersembunyi di dalam dirinya. Karena kecewa akan cinta, manusia bisa berakhir tragis dan menghabisi pemberian Tuhan yang terindah yaitu nafas kehidupan. Cinta oh cinta…. kegilaan yang begitu dicari segenap manusia waras, hanya untuk menyadari bahwa diperlukan ketidak warasan pada derajat tertentu untuk mampu menikmati cinta yang membawa kebahagiaan.
Saya juga tidak hendak mencampuri derajat ketidak warasan anda yang sedang mencoba memaknai cinta. Jangan biarkan orang lain mendefinisikan kepada anda tentang cinta. Indahnya hidup adalah ketika kita menyadari akan kebahagiaan mencintai dan dicintai, dengan segala keunikannya.
Yang saya lakukan hanya mencoba menyadarkan anda bahwa keindahan cinta tidak selalu harus ditemui diantara bulan, bintang dan diluar angkasa seperti yang sering kita baca dalam novel romantis dan puisi para sastrawan. Bagaimanapun hidup ini dijalani di bumi. Seindah apapun kita bermimpi, toh harus bangun juga untuk menjalani kehidupan nyata yang penuh perjuangan.
Barangkali banyak yang babak kelur karena cinta karena persepsi sesat soal cinta yang akhirnya membawa mereka bergabung dengan klub besar tidak resmi yang bernama “victim of love”.
Cinta Adalah Pengorbanan (Mitos # 1)
Bahwa cinta adalah kata kerja dan perjuangan tanpa letih untuk tetap setia dalam komitmen saling membahagiakan, itu benar.
Namun jangan mengharapkan anda bisa berbahagia dalam cinta ketika yang anda lakukan adalah berkorban demi orang yang anda cintai tanpa batas. We are human. Bukan Tuhan atau malaikat yang kuat menjalani kehidupan ini dalam pengorbanan abadi tanpa mendapatkan balasan yang sesuai.
Cinta tak berbalas hanya romantis di buku buku roman picisan. Jika cinta itu anda hargai sebagai sesuatu yang indah dan bernilai, maka pastikan anda memberikannya kepada seseorang yang pantas mendapatkannya.
Mencintailah dengan segala daya upaya dan menjalani siklus kehidupan susah dan senang, setia dalam komitmen bersama, tapi bukan mencintai dalam kebodohan. Dan kebodohan terbesar ketika mencintai adalah merasa menjadi pahlawan padahal sebenarnya sedang menjadi korban.
Banyak yang setelah babak belur dan habis habisan menjadi korban cinta dalam hubungan yang tidak seimbang, kemudian curhat kepada saya dengan mengatakan..”Betapa teganya dia. Saya sudah memberikan segalanya untuknya. Saya sudah berkorban tanpa pamrih, dan inikah balasan yang saya terima? “ (eheeemmm… kalau berkorban tanpa pamrih artinya tidak perlu curhat berlinang air mata dan merasa diri merugi, tapi tetap tersenyum dan terus berkorban…) bukankah demikian ?.
Cinta adalah memberi dengan ikhlas tanpa keterpaksaan. Ketika anda mulai berpikir bahwa “saya rela berkorban…” disitulah anda harus berhenti, karena secara tidak sadar anda sedang menakar cinta dengan sesuatu yang bisa diukur dan memiliki nominal. Ini namanya bertransaksi atau berinvestasi.
Apakah seorang pria tua yang memberikan banyak uang dan kemewahan kepada wanita muda adalah hal yang salah ? Secara moral kita akan mengatakan ini sesuatu yang tidak pantas dilakukan. Tapi kita toh tidak punya kitab undang undang moral atau hati nurani .
Menjadi salah kalau kemudian sang pria menjadi miskin atau ditangkap KPK dan si wanita muda menghilang entah kemana. Salah siapa ? Ya salah sang pria tua itu sendiri…..!. Berhentilah mencaci maki wanita dengan sebutan kemaruk, mata duitan, cewek matre, dan sebutan lainnya, ketika yang pantas dikatakan adalah…“betapa bodohnya saya…”
Hal yang sama juga saya katakan kepada wanita yang menyerahkan segala galanya demi sang kekasih, termasuk perhiasan, tabungan, kartu kredit, dan keperawanan atas dasar cinta, dan ketika disia siakan sang pria karena dia menemukan wanita lain yang lebih bening dan menjanjikan lebih banyak harta, dengan menyebut pria itu sebagai buaya darat, penipu, playboy, tak tahu malu…. padahal yang pantas dikatakan adalah…“betapa bodohnya saya.”
Cinta adalah memberi dengan ikhlas, kepada yang pantas menerimanya. Ketika anda merasa dirugikan dan babak belur karena menjadi pihak yang terus menerus berkorban, maka hal yang paling bijaksana untuk dilakukan adalah berhenti menjadi korban.
Mulailah dengan mencintai diri sendiri dan menyadari bahwa cinta itu suatu anugerah Tuhan yang tak ternilai. Hanya pantas diberikan kepada pribadi yang pantas menerimanya karena dia menghargai yang tak ternilai itu dan menjaganya dengan upaya terbaiknya untuk tidak pernah membuat anda menangis dalam kepedihan.
Ellen Maringka
Sumber : Kompasiana = http://muda.kompasiana.com/2013/11/06/cinta-adalah-pengorbanan-mitos-cinta-1-608145.html?fb_action_ids=585051788210673&fb_action_types=og.recommends&fb_source=aggregation&fb_aggregation_id=288381481237582
Saya tidak sedang mencoba menempatkan cinta sederajat dengan logika. Ketika cinta bisa dilogikakan, itu sama dengan mematikan sisi romantisnya dan menjadikan hubungan percintaan tak lebih dari hitung hitungan dagang yang berkiblat pada kalkulasi untung-rugi.
One word frees us of all the weight and pain of life: that word is Love. Begitu menurut Sophocles, penulis sekaligus pemain drama yang sangat terkenal dari Yunani. Seorang seniman dalam bidang pementasan dan penulisan naskah drama yang justru lebih banyak berisi kisah tragedi kehidupan dan cinta. Karyanya yang terkenal diantara sekian banyak adalah serial Oedipus dan Antigone.
Barangkali sepanjang hidupnya Sophocles terobsesi memaknai cinta, dan pada akhirnya berkesimpulan bahwa cinta dan tragedi hanyalah suatu persepsi; semua kembali kepada masing masing individu, bagaimana memaknainya.
Pengalaman menjadi tempat curhatan dan banyak dimintai pendapat soal cinta (termasuk menyaksikan secara langsung para korban cinta yang babak belur ), akhirnya menggerakan saya untuk banyak menulis soal asmara dan romantika kehidupan. Tanpa perlu mendefiniskan cinta, karena hakekatnya memang cinta tidak terlukiskan dengan kata kata, dan semburat warnanya selalu bervariasi diantara keceriaan warna pelangi, sampai kepekatan malam tak berbintang.
Karena cinta manusia bisa menggali sisi genius yang tersembunyi di dalam dirinya. Karena kecewa akan cinta, manusia bisa berakhir tragis dan menghabisi pemberian Tuhan yang terindah yaitu nafas kehidupan. Cinta oh cinta…. kegilaan yang begitu dicari segenap manusia waras, hanya untuk menyadari bahwa diperlukan ketidak warasan pada derajat tertentu untuk mampu menikmati cinta yang membawa kebahagiaan.
Saya juga tidak hendak mencampuri derajat ketidak warasan anda yang sedang mencoba memaknai cinta. Jangan biarkan orang lain mendefinisikan kepada anda tentang cinta. Indahnya hidup adalah ketika kita menyadari akan kebahagiaan mencintai dan dicintai, dengan segala keunikannya.
Yang saya lakukan hanya mencoba menyadarkan anda bahwa keindahan cinta tidak selalu harus ditemui diantara bulan, bintang dan diluar angkasa seperti yang sering kita baca dalam novel romantis dan puisi para sastrawan. Bagaimanapun hidup ini dijalani di bumi. Seindah apapun kita bermimpi, toh harus bangun juga untuk menjalani kehidupan nyata yang penuh perjuangan.
Barangkali banyak yang babak kelur karena cinta karena persepsi sesat soal cinta yang akhirnya membawa mereka bergabung dengan klub besar tidak resmi yang bernama “victim of love”.
Cinta Adalah Pengorbanan (Mitos # 1)
Bahwa cinta adalah kata kerja dan perjuangan tanpa letih untuk tetap setia dalam komitmen saling membahagiakan, itu benar.
Namun jangan mengharapkan anda bisa berbahagia dalam cinta ketika yang anda lakukan adalah berkorban demi orang yang anda cintai tanpa batas. We are human. Bukan Tuhan atau malaikat yang kuat menjalani kehidupan ini dalam pengorbanan abadi tanpa mendapatkan balasan yang sesuai.
Cinta tak berbalas hanya romantis di buku buku roman picisan. Jika cinta itu anda hargai sebagai sesuatu yang indah dan bernilai, maka pastikan anda memberikannya kepada seseorang yang pantas mendapatkannya.
Mencintailah dengan segala daya upaya dan menjalani siklus kehidupan susah dan senang, setia dalam komitmen bersama, tapi bukan mencintai dalam kebodohan. Dan kebodohan terbesar ketika mencintai adalah merasa menjadi pahlawan padahal sebenarnya sedang menjadi korban.
Banyak yang setelah babak belur dan habis habisan menjadi korban cinta dalam hubungan yang tidak seimbang, kemudian curhat kepada saya dengan mengatakan..”Betapa teganya dia. Saya sudah memberikan segalanya untuknya. Saya sudah berkorban tanpa pamrih, dan inikah balasan yang saya terima? “ (eheeemmm… kalau berkorban tanpa pamrih artinya tidak perlu curhat berlinang air mata dan merasa diri merugi, tapi tetap tersenyum dan terus berkorban…) bukankah demikian ?.
Cinta adalah memberi dengan ikhlas tanpa keterpaksaan. Ketika anda mulai berpikir bahwa “saya rela berkorban…” disitulah anda harus berhenti, karena secara tidak sadar anda sedang menakar cinta dengan sesuatu yang bisa diukur dan memiliki nominal. Ini namanya bertransaksi atau berinvestasi.
Apakah seorang pria tua yang memberikan banyak uang dan kemewahan kepada wanita muda adalah hal yang salah ? Secara moral kita akan mengatakan ini sesuatu yang tidak pantas dilakukan. Tapi kita toh tidak punya kitab undang undang moral atau hati nurani .
Menjadi salah kalau kemudian sang pria menjadi miskin atau ditangkap KPK dan si wanita muda menghilang entah kemana. Salah siapa ? Ya salah sang pria tua itu sendiri…..!. Berhentilah mencaci maki wanita dengan sebutan kemaruk, mata duitan, cewek matre, dan sebutan lainnya, ketika yang pantas dikatakan adalah…“betapa bodohnya saya…”
Hal yang sama juga saya katakan kepada wanita yang menyerahkan segala galanya demi sang kekasih, termasuk perhiasan, tabungan, kartu kredit, dan keperawanan atas dasar cinta, dan ketika disia siakan sang pria karena dia menemukan wanita lain yang lebih bening dan menjanjikan lebih banyak harta, dengan menyebut pria itu sebagai buaya darat, penipu, playboy, tak tahu malu…. padahal yang pantas dikatakan adalah…“betapa bodohnya saya.”
Cinta adalah memberi dengan ikhlas, kepada yang pantas menerimanya. Ketika anda merasa dirugikan dan babak belur karena menjadi pihak yang terus menerus berkorban, maka hal yang paling bijaksana untuk dilakukan adalah berhenti menjadi korban.
Mulailah dengan mencintai diri sendiri dan menyadari bahwa cinta itu suatu anugerah Tuhan yang tak ternilai. Hanya pantas diberikan kepada pribadi yang pantas menerimanya karena dia menghargai yang tak ternilai itu dan menjaganya dengan upaya terbaiknya untuk tidak pernah membuat anda menangis dalam kepedihan.
Ellen Maringka
Sumber : Kompasiana = http://muda.kompasiana.com/2013/11/06/cinta-adalah-pengorbanan-mitos-cinta-1-608145.html?fb_action_ids=585051788210673&fb_action_types=og.recommends&fb_source=aggregation&fb_aggregation_id=288381481237582
0 komentar:
Post a Comment