No Woman, No Cry?



Tiada perempuan, tiada tangisan? Itu yang didendangkan dalam sebuah lagu Bob Marley, “No Woman, No Cry”. Pada kenyataannya, belum tentu. Malah mungkin tangisannya lebih keras.

Apa jadinya bila di dunia ini tidak ada laki-laki atau tidak ada perempuan? Bayangkan!
Ada sebuah cerita dalam salah satu serial kartun anak-anak. Judulnya: Timmy Turner.
Cerita bermula ketika Timmy mulai kesal oleh ibunya yang cerewet. Sedikit-sedikit salah. Selalu saja ada yang dikomentari. Dari mulai masalah kebersihan, kelakuan Timmy yang tidak rapi, sampai masalah sepele yang tidak penting.
Belum habis kekesalan Timmy akan ibunya—tentus saja ibunya ini berjenis kelamin perempuan—yang cerewet, Timmy dihadapkan pada teman sepermainannya yang juga berjenis kelamin perempuan dan juga teramat menyebalkan. Lantas, Timmy bersumpah-serapah, sekaligus merajuk dua peri yang selama ini menemaninya, Cosmo dan Helga:
”Menyebalkan!!! Aku ingin  di dunia ini laki-laki dan perempuan dipisahkan! Sungguh menyebalkan anak perempuan itu”
Cosmo dan Helga yang terbiasa dengan rengekan bocah manja bernama Timmy itu akhirnya mengabulkan permintaan Timmy. Itu pun setelah Cosmo dan Helga, dua peri yang mewakili laki-laki dan perempuan sempat bersitegang. Akhirnya, dengan mengayunkan tongkat ajaibnya, SIM SALA BIM. Dunia terbagi dua, Hers dale city and His dale city. Betapa gembiranya hati Timmy.
Timmy sontak bersorak riang ketika para laki-laki dikumpulkan dalam satu area; no-salon, no mall, no woman, men only Ada  Pacuan kuda, lapangan sepak bola yang luas, konser musik pria, cafe tempat nongkrong Pokoknya semua serba pria.
Semuanya gembira, berkelahi, berkata kasar, jorok, dan hal-hal lainnya, tanpa omelan dari para perempuan.
Begitu pun area perempuan. Dunia Hers Dale City penuh dengan nuansa pink, salon yang kecantikan, shopping centre yang mewah, jamuan makan yang megah, pesta dansa yang meriah dan tentunya bisik2 tetangga alias GOSIP.
Tapi, apakah mereka merasa berbahagia dengan keadaan tersebut? Awalnya mungkin iya. Tapi lama-kelamaan mereka benar-benar dirundung kebosanan yang teramat sangat. Tiba-tiba Timmy merasa kehilangan sosok perempuan yang selama ini terkesan sangat menyebalkan di matanya. Tiba-tiba dunia laki-laki, yang semula menyenangkan dengan segenap kebebasan tanpa batas karena tidak ada yang mengomeli ketika berbuat jorok, kini terasa amat sangat menjijikkan.
Sungguh para lelaki itu merasa ada yang kurang. Ketika pakaian kotor menumpuk tak ada yang nyuci tak ada yang ngepel dan hal2 yang berhubungan dg kebersihan.
Begitu pun di area perempuan. Hambar sekali, bila tidak ada laki-laki yang biasa mengotori.
Untung Timmy pun sadar bahwa dunia sungguh membosankan ketika para laki-laki dan perempuan dipisahkan. Tak ada ibu cerewet yang menyuruhnya membersihkan di tempat tidur, atau mencucikan baju kotornya. Akhirnya peri Cosmo dan peri Helga menyatukan kekuatan, SIM SALA BIM…. Cling! Dunia laki-laki dan perempuan pun bersatu kembali. Betapa Timmy rindu diomeli kaum perempuan.
Ternyata hidup akan lebih lengkap bila disemarakkan oleh keberadaan laki-laki dan perempuan.

0 komentar:

Post a Comment